Daun Jatuh

Wona Arcelia
3 min readOct 21, 2023

cw // mention of cheating, guilt triping

Pintu kamar ditutup kasar oleh Yuda membuat Sada tersentak kemudian menundukkan kepala tak berani menatap wajah kekasihnya yang tengah marah. Lelaki itu marah sebab ia mengobrol dengan Dirga, padahal ia sudah mengatakan bahwa Dirga hanya temannya dan tak ada hubungan lebih.

Mereka bahkan baru bertemu kembali tiga hari yang lalu. Namun Yuda menuduhnya bermacam-macam dan tidak percaya dengan apa yang ia katakan.

“Aku gak mau tau, pokoknya jangan ketemu lagi sama dia.”

Perbincangan tentang itu masih berlanjut, lebih tepatnya Yuda terus membahasnya. Lagi pula ia tidak menemui Dirga dengan sengaja, mereka bertemu karena sebuah kebetulan.

“Kak —”

“Kamu gak ngerti perasaan aku ya? Aku selalu ngehindar dari orang-orang yang bisa bikin kamu cemburu, tapi kamu sendiri kayak gini?”

“Dia itu cuman temen aku, Kak.”

“Temen mana yang ngeliatin kamu kayak gitu?”

Sada tersentak kala suara Yuda meninggi, ia menggigit bibir bagian dalamnya, menahan diri untuk todak menangis di hadapan kekasihnya.

“Kamu liat mata dia! Dia punya perasaan sama kamu, dia suka sama kamu. Orang yang gak punya perasaan sama kamu gak akan ngeliatin jamu kayak gitu, Kai!”

Yuda selalu saja seperti ini. Selalu cemburu jika ia mengobrol dengan seseorang, bertegur sapa, bahkan pertemuan yang tidak disengaja seperti hari ini. Yuda selalu membentaknya seolah ia melakukan kesalahan besar sedangkan kenyataannya ia hanya berinteraksi dengan orang lain.

Apa salahnya ia mengobrol dengan orang lain? Apa salahnya jika ia bertemu dengan orang lain selain teman-teman dekatnya? Ia tidak memiliki niat untuk berselingkuh, jadi apa yang salah?

“Kak, dia cuman anak kecil yang kebetulan satu sekolah sama aku, dia cuman anak kecil yang kadang main sama aku pulang sekolah, dia udah kayak adik aku, kenapa kamu gak percaya sih?”

“Jadi dia lebih penting dari aku? Kamu lebih pilih dia dari pada aku?”

“Aku gak bilang gitu. Aku cuman —”

“Silakan. Kalo kamu mau sama dia, silakan. Aku emang udah gak penting lagi buat kamu.”

Bukan seperti itu. Ia tidak pernah menganggap Yuda tidak penting. Lelaki itu sangat penting baginya, saat ini hanya lelaki itu yang mampu bertahan hingga sejauh ini dengannya, menerima semua keanehan dalam dirinya ketika semua orang yang pernah berkencan dengannya selalu berakhir mengolok-oloknya. Namun, Yuda tidak seperti itu.

Yuda mampu menerima dirinya apa adanya. Harusnya ia bersyukur, bukannya membuat lelaki di hadapannya ini kecewa.

“Maaf. Aku minta maaf, aku gak bermaksud kayak gitu. Kamu penting banget buat aku, Kak. Maafin aku.”

Dan pada akhirnya ia hanya bisa meminta maaf dan menangis seolah dirinya lah yang menjadi korban di saat kenyataannya ia yang membuat Yuda kecewa.

Dibawanya tubuh Sada ke dalam dekapan yang lebih tua, kepalanya diusap dengan sayang sesekali dibubuhi kecupan pada puncak kepalanya hingga yang lebih muda berhenti menangis dan berangsur tenang.

“Aku minta maaf juga karena udah bentak kamu, ya?”

Sada mengangguk. Ia balas pelukan yang lebih tua, memeluknya erat-erat. Ia harus lebih berhati-hati, sebab jika bukan Yuda, siapa lagi yang akan mengerti dirinya?

--

--

Wona Arcelia
Wona Arcelia

Written by Wona Arcelia

apa benar cuaca hari ini cerah?

No responses yet