merry-go-round

Wona Arcelia
4 min readJan 9, 2023

--

Langit mulai gelap, senja sudah lama menghilang, tetapi Chan tetap setia menunggu Seungmin terbangun.

Chan berhasil membawa Seungmin pulang.

Tadi siang Seungmin tiba-tiba kehilangan keseimbangannya dan saat itu Chan membujuk Seungmin agar bersedia diantar pulang oleh Chan.

Kini Chan hanya dapat melihat Seungmin terbaring di atas tempat tidur dengan selimut tebal membalut tubuh pemuda itu. Meski sempat diusir oleh Seungmin, Chan tak bergeser sedikit pun dari tempatnya. Ia tak ingin pergi, ia tak bisa meninggalkan Seungmin sendiri dengan kondisi seperti ini.

Dari ambang pintu kamar Seungmin, Chan berkali-kali menanyakan apa yang sedang Seungmin butuhkan, namun tidak ada jawaban dari Seungmin.

Tentu saja karena Seungmin langsung tertidur tak lama setelah membaringkan tubuhnya di tempat tidur.

Chan menghela napasnya ketika melihat arloji yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya menunjukkan pukul tujuh malam dan Seungmin masih belum bangun. Sepertinya Seungmin belum sempat makan, jadi Chan memesan makanan untuk Seungmin karena ia kira Seungmin akan bangun dalam satu atau dua jam kemudian. Makanan yang ia pesan sudah dingin sekarang. Chan takut Seungmin akan sakit jika melewatkan makannya terlebih kondisi Seungmin kini sedang tidak begitu baik.

Haruskah ia bangunkan?

Tidak, bagaimana jika Seungmin semakin marah?

Samar-samar terdengar isakan dari dalam kamar membuat Chan menoleh dengan cepat dan masuk ke kamar Seungmin tanpa berpikir panjang.

“Seungmin?”

Hanya isakan yang terdengar dari Seungmin. Pemuda manis itu menangis dengan mata terpejam.

Apa yang sedang Seungmin lihat dalam mimpinya hingga menangis seperti itu?

Chan lantas berjongkok di samping tempat tidur, menyelaraskan tingginya. Tangannya mengusap ujung mata Seungmin perlahan, menghapus jejak air mata si manis lantas menepuk-nepuk pelan pundak yang lebih muda guna menenangkannya.

Seungmin mendudukkan dirinya dan langsung menemukan Chan saat menolehkan kepalanya ke samping.
Seungmin tak terlalu terkejut saat mendapati Chan tengah tertidur dengan posisi duduk serta kepala yang bersandar pada tepi tempat tidurnya. Namun tentu saja ia tetap bertanya-tanya mengapa Chan tidak pulang. Seingatnya ia sudah menyuruh Chan untuk pulang sebelum ia tertidur.

Senyum pahit terpatri di wajah Seungmin, mengingat betapa keras kepalanya Chan akhir-akhir ini. Chan tidak pernah pergi meski ia sudah meminta Chan untuk pergi.

Mengapa Chan begitu keras kepala? Tak menyerah hanya untuk merayunya agar memberikan waktu bagi Chan untuk meminta maaf.

Seungmin sama sekali tak ingin memberikan waktu untuk Chan dan tak ingin mendengarkan Chan meminta maaf. Seungmin yakin betul jika Chan sudah sangat sadar dengan apa yang pemuda itu lakukan, Seungmin yakin Chan menyadari apa kesalahannya. Meski begitu, Seungmin tetap tak ingin mendengarkannya.

Ia tak ingin mendengar Chan mengeja satu per satu kesalahannya, karena itu hanya akan menyakiti dirinya. Ia sungguh sudah lelah dengan rasa sakit.

“Seungmin,” Pemuda yang dipanggil namanya mengalihkan pandangan berlawanan arah dengan posisi Chan kala suara parau milik Chan menyapa pendengarannya. “udah bangun?” Tanya Chan lagi.

“Makan yuk! Lo belum makan dari tadi siang.”

Seungmin tak menjawab, hanya diam seraya meremat selimut dari dalam.

“Seungmin, makan ya? Nanti lo sakit.”

Apa pedulinya? Seungmin sudah sakit sekarang, makan pun tak akan menyembuhkan rasa sakitnya.

“Seungmin.”

Seungmin menepis tangan Chan tatkala tangan yang lebih tua meraih tangannya.

“Kenapa gak pulang? Gue udah nyuruh lo buat pulang.”

Bukannya menjawab pertanyaan Seungmin, Chan malah mengatakan hal lain.

“Makan, ya?”

Suara Chan begitu halus, tatapannya teduh. Jika dalam keadaan normal Seungmin pun pasti akan jatuh hati jika diperlakukan setulus ini. Namun itu tak berlaku untuk sekarang. Perlakuan Chan padanya saat ini hanya membuat hati dan pikirannya bertarung.

“Lo gak capek, Kak?”

Chan menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah lengkungan samar, irisnya hanya tertuju pada pemuda manis uang duduk di tempat tidur, menatapnya hangat.

“Nggak, gue gak akan capek.”

“Tapi gue capek, Kak. Gue capek ketemu sama lo, gue capek sakit terus, gue capek sama semuanya, gue capek... gue capek...”

Seungmin sudah tak peduli lagi jika Chan menganggapnya cengeng, ia sudah tak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis. Meskipun ingin sekali berhenti, air matanya tak dapat ia kendalikan, bulir air itu terus menetes seolah tak ada habisnya.

“Maaf Seung–”

Chan tak dapat melanjutkan kalimatnya kala merasakan tekanan di sekitarnya berubah. Ia tiba-tiba sulit bernapas, ia merasa ada beban yang sangat berat menimpa tubuhnya serta tatapan mengintimidasi dari seseorang yang bersiap untuk membunuhnya dari belakang.

Ia pernah membaca hal seperti ini sebelumnya. Kemampuan seorang omega yang bisa menaklukkan alpha, memaksa tunduk, berlutut layaknya seorang pengawal di hadapan ratunya.

Chan ingat semua yang ia baca dari buku yang ia pinjaman dari Changbin. Kala itu Chan berpikir jika itu hanya sebuah legenda, ia tak terlalu percaya jika keberadaan sang ratu itu benar-benar ada. Akan tetapi sekarang ia merasakannya sendiri. Semua sensasi yang dirasakannya saat ini sama persis dengan yang ada di buku itu, bahkan ini lebih mengerikan, ini menyiksa.

Ia ketakutan, seluruh tubuhnya gemetar.

“Kamu gak pernah berubah, Kak. Kamu pernah bilang kamu mau hidup selamanya sama aku, kamu selalu bilang kamu cuma suka aku, tapi kenapa kamu bohong sekarang?”

“Dari kehidupan sebelum-sebelumnya kamu gak pernah tepatin janji kamu. Kamu selalu gagal. Terus kenapa kamu ubah semesta kalau kamu sendiri gak pernah bisa jalani apa yang kamu janjikan ke semesta? Kamu selalu gagal, kamu buat orang lain sakit, kamu bahkan gak pernah ingat seperti apa kehidupan kamu sebelumnya.”

Chan tak mengerti apa yang Seungmin katakan, namun meskipun begitu Chan tak dapat berbicara banyak, ia hanya dapat menunduk sambil merapalkan kata maaf.
Semua kalimat yang ia siapkan untuk meminta maaf pada Seungmin menghilang begitu saja.

“Seung– Seungmin, maaf... maaf... jangan gini Seungmin, sakit. Sakit. Aku mohon Seungmin, jangan gini... aku– aku minta maaf Seungmin sakit.”

Seungmin bergeming, pemuda itu sibuk menangis, seolah suara Chan tak sampai pada pemuda itu.

Chan tak berbohong ketika ia mengatakan sakit, ini benar-benar menyakitkan. Ia sudah berusaha melawan feromon Seungmin menggunakan feromonnya, namun itu tak berhasil dan malah membuat dirinya semakin tercekik.

Apakah semua kalimat yang ia baca pada buku konspirasi tatanan semesta itu nyata? Sebab sang ratu kini berada di hadapannya.

--

--

Wona Arcelia
Wona Arcelia

Written by Wona Arcelia

apa benar cuaca hari ini cerah?

No responses yet